Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, Indonesia
A moslem with status only that's not GOOD. A Muslim is a blessed from Alloh since they found and able to recieved Hidayah. And when we are committed to be a Moslem there's some Obligation need to be accomplished. Hope we can always to remind each other to improve and strengthen our Iman.

Senin, 05 Juni 2017

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Adapun mengenai firman Allah Ta’ala, { وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ } “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat. Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman: { وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ } “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)” Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.” Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah. Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya.

Rabu, 03 Juni 2009

Kisah Mengharukan, Mandikan Aku Bunda

[mencintai-islam] Kisah Mengharukan, Mandikan Aku Bunda

Al-Irsyad Surabaya
Thu, 21 May 2009 19:40:13 -0700

Pelajaran yang sangat menyedihkan
Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis.
Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai akhirnya
Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang
dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep
dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun
profesi yang akan digelutinya. ”Why not the best,” katanya selalu,
mengutip seorang mantan presiden Amerika.
Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum
Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah
satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.
Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ‘’selevel”; sama-sama berprestasi,
meski berbeda profesi.
Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf
diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah
kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf
pertama hijaiyah ”alif” dan huruf terakhir ”ya”, jadilah nama yang enak
didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud
menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.
Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan
Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari
satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.
Setulusnya saya pernah bertanya, ”Tidakkah si Alif terlalu kecil
untuk ditinggal-tinggal? ” Dengan sigap Rani menjawab, ”Oh, saya sudah
mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!” Ucapannya itu
betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani
secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol
jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah,
cerdas dan gampang mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata
wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama
besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.
”Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.” Begitu selalu
nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik.
Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali
menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk
menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini
”memahami” orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek
minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan
perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali
ngambek.
Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria.
Maka, Rani menyapanya ”malaikat kecilku”.
Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya
super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada
keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif
menolak dimandikan baby sitter. ”Alif ingin Bunda mandikan,” ujarnya
penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat
diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit
berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut
membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya.
Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ”Bunda, mandikan aku!”
kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir,
mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak
lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa
ditinggal juga.
Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter.
”Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.”
Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah
punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang
oleh-Nya.
Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor
barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia
adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut,
Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya
sendiri.
Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil
terbaring kaku. ”Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,” ucapnya lirih, di
tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari
sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri
mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu,
berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya
ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga
kan?” Saya diam saja.
Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya
mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ”Ini
konsekuensi sebuah pilihan,” lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat.
Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.
Tiba-tiba Rani berlutut. ”Aku ibunyaaa!” serunya histeris, lantas
tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis,
lebih-lebih tangisan yang meledak. ”Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan
Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..”
Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan
tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang
menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.
– Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.
– Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang
amat sangat.
– Sering kali orang sibuk ‘di luaran’, asik dengan dunianya dan
ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang-orang di dekatnya yang
disayanginya. Akan masih ada waktu ‘nanti’ buat mereka jadi abaikan
saja dulu.
– Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan
kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan
mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.
MEREKA LUPA BAHWA ALLAH YANG MENENTUKAN SEMUANYA. HIDUP, MATI, RIZQI, JODOH
HANYA ALLAH YANG MENENTUKAN.
– Pelajaran yang sangat menyedihkan.
Sumber : dikutip dari milis cetifasi

http://priendah.wordpress.com/

KEDAHSYATAN SEDEKAH

[mencintai-islam]

KEDAHSYATAN SEDEKAH

Mujiarto Karuk
Tue, 26 May 2009 00:37:54 -0700

Assalamualaikum Wr Wb
Bismillahirohmanirrohiim
Berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, saya dipertemukan
dengan hamba-Nya yang satu ini. Beliau adalah seorang leader yang selalu
mengayomi, memberikan bimbingan, semangat, inspirasi, ide dan gagasan segar.
Beliau seorang pemimpin yang mampu menggerakkan ratusan hingga ribuan anak
buahnya. Beliau seorang guru yang memiliki lautan ilmu, yang selalu siap
ditimba oleh anak-anaknya dan bagai tiada pernah habis.
 
Saat ini beliau memiliki berbagai macam bidang usaha, di antaranya sebagai
supplier dan distribusi alat dan produk kesehatan, puluhan hektar tambak,
puluhan hektar ladang, berpuluh rumah kos, ruko, stand penjualan di mall,
apartemen dan lain-lain. Pernah saya mencoba menghitung, penghasilan beliau
bisa mencapai Rp 1 Milyar per bulannya. Sebuah pencapaian luar biasa bagi saya
dan kebanyakan orang lain.
 
Pertemuan antara saya dan beliau yang saya ceritakan di bawah ini terjadi
beberapa tahun yang lalu, di saat penghasilan beliau masih berkisar Rp 200 juta
per bulan. Bagi saya, angka ini pun sudah bukan main dahsyatnya. Sengaja saya
tidak menyebutkan namanya, karena cerita ini saya publish belum mendapatkan
ijin dari beliau. Kita ambil wisdomnya saja ya.
 
Suatu hari, terjadilah dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah hotel
di Bandung .
Saya ingat, beliau berpesan bahwa beliau senang ditanya. Kalau ditanya, maka
akan dijelaskan panjang lebar. Tapi kalau kita diam, maka beliau pun akan
"tidur". Jadilah saya berpikir untuk selalu mengajaknya ngobrol.
Bertanya apa saja yang bisa saya tanyakan.
 
Sampai akhirnya saya bertanya secara asal, "Pak, Anda saat ini
kan bisa dibilang
sukses. Paling tidak, lebih sukses daripada orang lain. Lalu menurut Anda, apa
yang menjadi rahasia kesuksesan Anda?"
 
Tak dinyana beliau menjawab pertanyaan ini dengan serius.
 
" Ada empat hal yang harus Anda perhatikan," begitu beliau memulai
penjelasannya.    
 
RAHASIA PERTAMA
"Pertama. Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu.
Karena ibu adalah orang yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari
mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah
payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu
bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan).
 
 
Banyak orang sekarang yang salah. Para guru
dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak pernah.
Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan
materi jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan
atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji
guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik.
 
Pesan Nabi : Ibumu, ibumu, ibumu... baru kemudian ayahmu dan gurumu.
 
Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk
berdoa. Maka doa ibumu jauh lebih mustajabah." 
 
Beliau
mengambil napas sejenak.     RAHASIA KEDUA
 
"Kemudian yang kedua," beliau melanjutkan. "Banyaklah memberi. Banyaklah
bersedekah. Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan
berlipat ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi.
Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari
marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak,
kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan,
dan lain-lain.
 
Jangan sepelekan bila ada pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat
itulah sebenarnya Anda dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan
pemberian yang baik dan sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik
memberinya dengan uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas
yang masih bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu
ulurkan dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis
yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, 'Belum pernah
ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.' Maka terucap atau tidak,
dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan kebahagiaan.
 
Banyak orang yang keliru dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada
pula yang menghardiknya. Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya
sendiri.
 
Dalam kesempatan lain, ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas
mempraktekkan apa yang diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang
ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit
membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa berterima
kasihnya.    
 
RAHASIA KETIGA
 
"Allah berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak
disangka-sangka, " begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia
ketiganya. "Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu
cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada jalannya."
 
"Benar di Al Quran ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya
rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga" , saya menimpali (QS Ath
Thalaq 2-3).
 
 
 
"Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak
diduga-duga? ," tanya beliau.
 
"Ya, bagaimana caranya?" jawab saya. Saya pikir cukup dengan
bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan
mengirim rejeki itu datang untuk kita.
 
"Banyaklah menolong orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau
ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!" jawaban beliau ini
membuat saya berpikir keras. "Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki
yang tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah
akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula."
 
"Walau pun itu orang kaya?" tanya saya.
 
"Ya, walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin
dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda
temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah."
 
"Walau itu orang yang berpura-pura? Sekarang
kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah
kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau pura-pura belum makan, tapi
ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya
dia makan sendiri," saya bertanya lagi.
 
"Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu," jawab beliau.
"Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu.
Dia itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan
yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya itulah
yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang
menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan pemberian Anda." 
 
RAHASIA KEEMPAT
Wah, makin menarik, nih. Saya manggut-manggut. Sebenarnya
saya tidak menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban
yang begitu serius dan panjang. Sekarang tinggal satu rahasia lagi, dari empat
rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya.
 
"Yang keempat nih, Mas," beliau memulai. "Jangan mempermainkan
wanita".
 
Hm... ini membuat saya berpikir keras. Apa maksudnya. Apakah kita membuat janji
dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati? Atau jangan biarkan wanita
menunggu? Seperti di film-film saja.
 
"Maksudnya begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup 
Anda, baik di saat susah
maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, dia
di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut
besama Anda di kala Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian
seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk
berhasil."
 
"Lalu?" saya tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya.
 
 
 
"Banyak orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan,
lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria, bagi yang
perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu
menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu mendampingi
Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda. Namun ketika
Anda mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya.
" 
Oh... pelajaran monogami nih, pikir saya dalam hati.
 
"Banyak orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya
banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika
merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya
habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal seperti ini. 
Dia lupa bahwa pasangan
hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya," beliau
melanjutkan.
 
Hal ini saya buktikan sendiri, setiap saya datang ke rumahnya yang di Waru
Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2 anak laki-laki dan 1 anak
perempuan.
 
Perbincangan ini ditutup ketika kemudian ada tamu yang datang....    
 
KEDAHSYATAN SEDEKAH
Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki;
sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai
seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus
kali lipat. Masya Allah!
 
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang
disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW
bersabda, "Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah
pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran
akan penciptaan gunung tersebut.
 
Kemudian mereka bertanya, 'Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang
lebih kuat dari pada gunung?'.
 
Allah menjawab, ' Ada , yaitu besi'.
 
Para malaikat pun kembali bertanya, 'Ya Rabbi
adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari besi?'.
 
Allah menjawab, ' Ada , yaitu api'. 
 
Bertanya kembali para malaikat, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari api?'. 
 
Allah menjawab, ' Ada , yaitu air'.
 
 
 
'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?' tanya
para malaikat. 
 
Allah pun menjawab, ' Ada , yaitu angin'.
 
Akhirnya para malaikat bertanya lagi, 'Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?'.
 
Allah yang Mahakaya menjawab, ' Ada , yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan 
sedekah dengan tangan kanannya
sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya' ." 
 
 Subhanallah. ...  
 
 
      

Hakekat seorang Muslim

Agama semakin hari semakin menjadi kebutuhan sekunder.
Dalam kehidupan sehari-hari kita telah masuk dan tenggelam dalam kemaksiatan, dimana ciri Islam kita dan apa yang membedakan seorang Muslim dengan yang lain sudah tidak kentara.
Dari cara berpakaian, aktivitas dan lainnya.
Marilah sama-sama kita kembalikan lagi tujuan kita bahwa muslim adalah sebagai penyambung risalah Rosullulloh dalam menghidupkan Islam sebagai khalifah fil Arld.

Saudaraku, Alloh sudah mentakdirkan Rosullulloh SAW sebagai nabi dan Rosul terakhir, khotamun'anbiya dan beliau telah wafat. Siapakah yang berkewajiban untuk menegakkan Islam sampai hari Qiyamat kalau bukan kita orang Muslim.